UJI TOKSISITAS AKUT LC50

By Diana Fitriani Surtika - February 19, 2018

UJI TOKSISITAS AKUT LC50 PESTISIDA JENIS ORGANOFOSFAT TERHADAP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L)

Adil Nurdiman, Diana Fitriani Surtika, Adi Supriyatno
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Jawa Barat 45363


ABSTRAK

Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar memahami dan mampu melaksanakan persiapan, pemaparan, dan pengamatan Uji Toksisitas Akut. Uji Toksisitas Akut merupakan bagian dari Uji Toksisitas Kuantitatif yang dilakukan dalam jangka waktu yang singkat sebagai akibat dari pemaparan jangka pendek terhadap suatu bahan toksik. Efek akut dapat terjadi dalam selang waktu beberapa jam, hari atau minggu. Parameter yang dapat diamati dari Uji Toksisitas Akut pada umumnya adalah Kematian (Mortality). Kegiatan praktikum ini dilakukan untuk mengetahui nilai LC50 yang menjadi penentu dalam menentukan konsentrasi utuk mematikan 50% populasi. Metode yang digunakan pada Uji Toksisitas Akut ikan Mas (Cyprinus carpio) analisis data yang digunakan untuk menentukan LC50 48 jam adalah analisis Probit. Hasil yang didapat adalah semakin tinggi konsentrasi toksik maka tingkat mortalitas semakin tinggi. Hasil LC50 untuk hewan uji ikan mas adalah 3,393 ppm. Pada analisis data, pengolahan yang digunakan adalah dengan perhitungan secara manual dan menggunakan sofware EPA PROBIT.
Kata Kunci: Ikan Mas, LC50, Mortalitas, Organofosfat.
ABSTRACT
This practicum conducted in order to understand and able to carry out the preparation, presentation, and observations Acute Toxicity Test. Acute Toxicity Test Toxicity test is part of the Quantitative done in a short period as a result of short-term exposure to a toxic substance. Acute effects can occur within a period of hours, days or weeks. Parameters that can be observed from Acute Toxicity Test in general is Death (Mortality). This practical activities conducted to determine the LC50 value being decisive in determining the concentration of weeks to turn off 50% of the population. The method used in the Fish Acute Toxicity Test Mas (Cyprinus carpio) analysis of the data used to determine the 48-hour LC50 is Probit analysis. The result is a higher concentration of toxic then the higher mortality rate. Results of the test animals LC50 for carp is 3.393 ppm. In the analysis of the data, processing that is used is the manual calculation and use software EPA PROBIT.
Keywords: Goldfish, LC50, Mortality, Organophosphate.





PENDAHULUAN
Ekotoksikologi perairan adalah Ilmu yang mempelajari tentang masuknya, tersebarnya, kelakuan, dan efek toksik bahan pencemar di dalam lingkungan perairan.
Toksisitas  letal akut  adalah  proses  toksik  atau  proses masuknya  zat  toksik  ke  dalam  tubuh  yang menimbulkan  gangguan  mekanisme  kerja  dan target  organnya  (Priyanto  2009).  Uji  toksisitas  akut  atau toksisitas  letal  akut  berarti  juga uji  yang  dirancang  mengevaluasi  toksisitas relatif  suatu  bahan  kimia  terhadap  organisme perairan  tertentu  dan  jangka  waktu  tertentu, kriteria  efek  yang  biasa  digunakan  dalam  uji toksisitas  letal  akut  antara  lain  kematian (pada  ikan),  ketiadaan  gerakan  (immobility) dan  keseimbangan,  dan  pertumbuhan  (Tahir, 2012).
Pencemaran lingkungan bisa disebabkan oleh pestisida, pestisida merupakan subtansi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Uji toksisitas kuantitatif dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efek dari bahan pencemar. Salah satu uji kuantitatif yang dilakukan adalah uji toksisitas akut. Uji ini dapat memperkirakan nilai LC50. Sehingga dapat diketahui seberapa besar konsentrasi bahan toksik yang bisa mangakibatkan hewan uji didalamnya mati.
            Penggunaan pestisida sintetis di seluruh dunia selalu meningkat dan penggunaan pestisida campuran juga sangat banyak ditemukan diareal pertanian. Berdasarkan toksisitas dan golongan, pestisida organik sintetik dapat digolongkan menjadi:
1.      Golongan Organoklorin
Pestisida golongan organoklorin merupakan pestisida yang sangat berbahaya sehingga pemakainnya sudah banyak dilarang. Sifat pestisida ini yang volatilitas rendah, bahan kimianya yang stabil, larut dalam lemak dan bitransformasi serta biodegradasi lambat menyebabkan pestisida ini sangat efektif untuk membasmi hama, namun sebaliknya juga sangat berbahaya bagi manusia maupun binatang oleh karena persitensi pestisida ini sangat lama di dalam lingkungan dan adanya biokonsentrasi dan biomagnifikasi dalam rantai makanan. Organoklorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling popular dan pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyltrichloroethan” atau disebut DDT.
2.      Golongan Organofosfat
Golongan organofosfat sering disebut dengan organic phosphates, phosphoris insecticides, phosphates, phosphate insecticides dan phosphorus esters atau phosphoris acid esters. Mereka adalah derivat dari phosphoric acid dan biasanya sangat toksik untuk hewan bertulang belakang. Golongan organofosfat struktur kimia dan cara kerjanya berhubungan erat dengan gas syaraf. efek toksik yang diakibatkan ternyata hampir sama dengan DDT sehingga pemakaiannya mulai dilarang. Meskipun dua jenis pestisida ini memiliki struktur yang berbeda di alam, namun efek toksik yang diakibatkannya identik yang ditandai dengan adanya penghambatan asetilkolinesterase (acethylcholinesterase = AChE), enzyme yang 15 bertanggung jawab untuk inhibisi dan destruksi aktivitas biologic dari neurotransmitter acethylcholine (ACh). Pada keracunan pestisida golongan ini akan terjadi akumulasi ACh yang bebas dan tidak terikat pada ujung persarafan dari saraf kolinergik, sehingga terjadi stimulasi aktivitas listrik yang kontinyu.
3.      Golongan Karbamat
Insektisida dari golongan karbamat adalah racun saraf yang bekerja dengan cara menghambat asetilkolinesterase (AChE). Jika pada golongan organofosfat hambatan tersebut bersifat irreversible (tidak dapat dipulihkan), pada karbamat hambatan tersebut bersifat reversible (dapat dipulihkan). Pestisida dari golongan karbamat relatif mudah diurai di lingkungan (tidak persisten) dan tidak terakumulasi oleh jaringan lemak hewan.
            Pada paraktikum ini bahan toksik yang digunakan oleh kelompok 3 merupakan organofisfat. Organofosfat adalah nama umum ester dari asam fosfat. Organofosfat mempunyai aksi sebagai inhibitor enzim kholinesterase. Kholinesterase adalah enzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis menjadi asetat dan kholin. Organofosfat mampu berikatan dengan sisi aktif dari enzim ini sehingga kerja enzim ini terhambat. Akibatnya jumlah asetilkholin dalam sipnasis meningkat sehingga menimbulkan stimulasi reseptor possinap yang persisten.
Sedangkan hewan uji yang digunakan adalah ikan mas. Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) dapat digunakan sebagai hewan uji hayati karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan (Brinley cit. Sudarmadi, 1993). Di Indonesia ikan yang termasuk famili Cyprinidae ini termasuk ikan yang populer dan paling banyak dipelihara rakyat, serta mempunyai nilai ekonomis. Ikan mas sangat peka terhadap faktor lingkungan pada umur lebih kurang tiga bulan dengan ukuran 8 – 12 cm. Disamping itu ikan mas di kolam biasa (Stagnan water) kecepatan tumbuh 3 cm setiap bulannya (Arsyad dan Hadirini cit. Sudarmadi, 1993).
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui konsentrasi bahan toksik yang menyebabkan kematian organisme uji, mengetahui cara menghitung nilai LC50 dengan menggunakan perhitungan secara manual dan menggunakan analisis Probit dan mengetahui tingkat bahaya suatu bahan toksik dan akibat dari bahan toksik yang terkena suatu organisme.

DATA DAN PENDEKATAN
Paktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu hingga Kamis tanggal 4 November 2015 bertempat di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Gedung Dekanat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode uji toksisitas akut terhadap  benih ikan mas (Cyprinus carpio L.) menggunakan LC50-48 jam.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah aquarium sebagai tempat pemaparan hewan uji, mikropipet untuk mengambil bahan toksik dengan akurat, saringan untuk pengambilan ikan mas, gelas ukur 5 mL untuk menakar bahan toksik, beaker glass sebagai wadah cairan stok dan organisme uji, pengaduk kaca untuk menghomogenkan cairan toksik pada media aquarium, dan penunjuk waktu (hand counter) untuk menghitung hewan uji, Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Organofosfat, Karbamat, Pyretroid sintetik, benih Ikan Mas, kertas label, tissue laboratorium, dan sarung tangan.
Penyiapan benih ikan Mas yang diawali dengan aklimatisasi selama 3 hari. Kemudian mengisi aquarium dengan air sebanyak 3 liter dan memasukkan 10 ekor benih ikan Mas dengan menggunakan saringan. Selanjutnya memasukkan bahan toksik uji Organofosfat dengan konsentrasi 5,5 ppm yang telah ditentukan sebanyak 8,9 mL dengan menggunakan mikropipet ke dalam gelas ukur, kemudian memindahkannya ke dalam aquarium. Pengamatan selama 24 jam dengan selang pengamatan 15 menit, 30 menit, 1 jam, 2 jam, 4 jam, 8 jam, 16 jam dan 24 jam. Mortalitas diamati dengan cara menghitung jumlah larva yang yang mati.
Analisis data yang digunakan untuk menentukan nilai LC50-48 jam adalah analisis probit yang mengacu pada Hubert (1979) yaitu, sebagai berikut: Hubungan nilai logaritma konsentrasi bahan toksik uji dan nilai probit dari persentase mortalitas hewan uji merupakan fungsi linear Y= a + bX. Nilai LC50-48 jam diperoleh dari anti log m, dimana m merupakan logaritma konsentrasi besi pada Y = 5, yaitu nilai probit 50% hewan uji, jadi persamaan regesinya menjadi :
Nilai a dan b dapat diperoleh berdasarkan persamaan berikut :
b = Σ XY –  (Σ X ΣY)
       Σ X2 (Σ X)2
a =  (ΣY – b Σ X)
Persamaan regresi Y = a + bx
Nilai LC50-48 jam diperoleh sebagai berikut:
m =
Keterangan :
Y : Nilai Probit Mortalitas
X : Logaritma konsentrasi bahan uji
n : banyaknya perlakuan
a : konstanta
b : slope/ kemiringan
m : nilai X pada Y = 5
LC50-48 jam : anti log m
Setelah dihitung menggunakan metode Hubert maka data divalidasi dengan program komputer bernama EPA PROBIT VER. 1.5.





HASIL DAN DISKUSI
Toksisitas adalah sifat relatif toksikan berkaitan dengan potensinya mengakibatkan efek negatif bagi makhluk hidup. Toksisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi dan jenis toksikan, konsentrasi toksikan, durasi dan frekuensi pemaparan, sifat lingkungan, dan spesies biota penerima.
Toksikan merupakan zat (berdiri sendiri atau dalam campuran zat, limbah, dan sebagainya) yang dapat menghasilkan efek negatif bagi semua atau sebagian. Dari tingkat organisasi biologis (populasi, individu, organ, jaringan, sel, biomolekul) dalam bentuk merusak struktur maupun fungsi biologis.
Toksikan dapat menimbulkan efek negatif bagi biota dalam bentuk perubahan struktur maupun fungsional, baik secara akut maupun kronis/sub kronis. Efek tersebut dapat bersifat reversibel sehingga dapat pulih kembali dan dapat pula bersifat irreversibel yang tidak mungkin untuk pulih kembali. (Bunda Halang, 2004).


Dalam praktikum ini hewan uji yang digunakan adalah larva ikan mas, hal tersebut dikarenakan ikan mas merupakan hewan uji yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan (Brinley cit. Sudarmadi, 1993).  Sedangkan bahan toksis yang digunakan adalah organofosfat.
Berikut merupakan data hasil pengamatan mortalitas larva ikan mas terhadap 5, 5 ppm organofosfat :





Tabel 1. Data Pengamatan Mortalitas Hewan Uji Kelompok 3

Waktu Dedah
Larva ikan mas
Keterangan
15 menit
10
Ikan masih dalam keadaan normal
30 menit
10
Ikan masih dalam keadaan normal
1 jam
10
Ikan sudah mulai hilang kendali
2 jam
8
2 ikan mati, 8 ikan lainnya dalam keadaan tidak normal dan pergerakannya sudah cenderung pasif
4 jam
6
4 ikan mati, sedangkan 6 ikan lainnya masih hidup dalam kondisi lemah
8 jam
0
Semua ikan mati
16 jam
-
-
24 jam
-
-
48 jam
-
-


Dari data diatas dapat diketahui bahwa untuk rentan waktu 15 menit sampai dengan 1 jam ikan masihdapat bertahan dalam air yang telah dicemari oleh oragnofosfat. Namun dalam rentan waktu 4 jam, hewan uji sudah mulai lemah dana terjadi penurunan aktifitas gerak dan 4 jam pertama ini ikan mas mengalami kematian sebanyak 4 ekor. Hal tersbut menandakan bahwa dalam 4 jam pertama bahan toksik diorganofosfat sudah bereaksi terhadap ikan mas sebagai hewan uji. Selanjutnya hewan uji mati pada jam ke 8 sebanyak 6 ekor. Hingga pada jam ke 8 hewan uji benar benar mati semua.
Pada pelaksanaan praktikum kelas kelautan perlakuan dengan periran normal pun mengalami kematian hewan uji. Dalam pengujian dengan perairan nolmal (kontrol) pun dapat mati karena banyak faktor. Diantaranya kondisi lingkungan, pengaruh pakan, dan lain lain. Sedangkan untuk kelompok 3 sendiri Organofosfat dengan konsentrasi 5, 5  ppm  menyebabkan kematian terhadap seluruh hewan uji selama 16 jam. Semua jenis pestisda umumnya bersifat toksik untuk makhluk hidup baik dalam jumlah yang cukup dan dalam waktu yang lama. Bahan toksik tersebut akan tersimpan dan  merusak tubuh secara permanen dalam jaringan tubuh sampel uji. (Inswiasri (WHO), 1976).
Insektisida organofosfat adalah ester asam fosfat atau asam tiofosfat yang sifatnya menghambat asetilkolinesterase (AChE) sehingga terjadi akumulasi acetilkolin (Ach) yang berkorelasi dengan tingkat penghambat cholinesterase dalam darah.Organofosfat masuk kedalam tubuh melalui kulit, mulut dan saluran pernafasan. Didalam air organofosfat memiliki sifat mudah larut dan bersifat tidak persisten selain itu organofosfat terikat dengan enzim dalam darah yang berfungsi mengatur kerja syaraf, yaitu cholinesterase. Apabila kolinesterase terikat, maka enzim ini tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam tubuh terutama meneruskan pengiriman perintah kepada otot-otot tertentu sehingga otot-otot bergerak tanpa dapat dikendalikan dan menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan sehingga akan terjadi kematian. Kematian dapat terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa hari tergantung dari konsentrasi organofosfat itu sendiri.
Toksisitas pada benih ikan Mas yang diberi perlakuan pestisida dalam akuarium ternyata mengalami mortalitas yng cukup tinggi pada pemaparan 2 jam. Hal ini disebabkan karena insang merupakan organ respirasi yang paling awal terkena zat pencemar yaitu Orgaofosfat, ini terjadi pada fase respirasi. Pada waktu air mengalir melalui insang, menyebabkan filamen insang merentang, sehingga lamella sekunder saling bersentuhan yang menyebabkan air dan Organofosfat langsung bersentuhan dengan lamella, masuk ke dalam kapiler darah, sehingga merusak jaringan yang dilaluinya.
Zat pencemar yaitu paparan Organofosfat yang masuk kedalam jaringan setelah itu akan diabsorbsi melalui sirkulasi darah dan akhirnya berhenti di dalam sel. Zat pencemar mempengaruhi metabolisme sel dengan cara menyerang sistem enzimatik sel. Akibatnya yang ditimbulkan adalah kerusakan sistem syaraf pernapasan pada insang.  Biota air membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk melakukan aktifitas, seperti berenang, pertumbuhan, reproduksi dan sebagainya. Oleh karena itu, kekurangan oksigen dalam tubuh ikan dapat mengganggu kehidupan ikan, termasuk kepesatan dalam pertumbuhannya




Tabel 2. Data Persentase Mortalitas Benih Ikan Mas  Pemaparan 24 Jam
Ulangan
                     Konsentrasi Organofosfat                    
Kontrol
2.5 ppm
5.5 ppm
7.5 ppm
1
0
80
90
100
2
0
100
100
100
3
60
100
100
100
Rerata
20
93.3
96.7
100



Dari data pengamatan tersebut didapat bahwa rata-rata persentase mortalitas benih ikan Mas setelah pemaparan 24 jam adalah kontrol 20%, konsentrasi 2.5 ppm 93.9%, konsentrasi 5.5 ppm 96.7%, dan konsentrasi 7.5 ppm 96.7%. Dilihat dari data persentase mortalitas ikan Mas, konsentrasi 7.5 ppm memiliki persentase kematian yang besar. Hal ini disebabkan karena konsentrasi yang tinggi menyebabkan ikan Mas tidak tahan terhadap paparan konsentrasi Organofosfat terlalu besar. Seharusnya perlakuan kontrol pada pengulangan ke 3 memiliki persentase mortalitas yang rendah atau tidak mati karena tidak diberi Organofosfat. Hal ini bisa terjadi karena ada kesalahan praktikan dalam perlakuan terhadap hewan uji kontrol yang tidak baik dan tidak hati-hati dalam proses pengambilan sampel organisme uji, kondisi air yang kurang baik sehingga menyebabkan benih ikan Mas tersebut mengalami stress. Efek dari pencemaran yang berasal dari bahan pencemar, yaitu bisa berakibat kerusakan organ-organ pada makhluk hidup atau bahkan bahkan kematian. Adapun efek yang diakibatkan pencemar ini bersifat acute ini adalah gangguan timbul oleh pencemar dalam waktu yang relatif singkat, bila dosis/ konsentrasi cukup besar dan bersifat kronis yaitu gangguan timbul dalam waktu yang cukup lama, bila dosis/ konsentrasi relatif rendah.
Cara untuk mengetahui sejauh mana efek dari bahan pencemar, maka perlu diadakannya uji toksisitas kuantitatif, yang pertama kali dilakukan adalah uji toksisitas akut karena uji ini dapat memperkirakan nilai LC50. Dimana LC50 merupakan nilai dari kemampuan bahan toksik dalam membunuh 50% atau lebih populasi hewan uji dalam selang waktu 8 jam. Sehingga diketahui  besar konsentrasi zat toksik yang bisa mangakibatkan makhluk hidup yang ada didalamnya mati total. Nilai LC50 didapat setelah pengolahan data dengan analisis probit yang dilakukan secara manual dengan memasukan data ke dalam rumus dan dengan menggunakan software EPA PROBIT.



Tabel 3. Konsentrasi efektif toksikan yang mampu mematikan 50% biota dalam waktu tertentu (nilai LC50).


Dari tabel ditas dapat diketahui dari hasil uji pengamatan LC50 -48 jam terhadap larva ikan mas adalah dengan konsentrasi 0.393 ppm. Hal ini mengindikasikan bahwa  sifat toksik Organofosfat termasuk dalam kategori sangat toksik.

SIMPULAN
Pada bahan organofosfat memiliki pengaruh pada tingkat mortalitas hewan uji ikan mas. Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin tinggi persentase mortalitas. Dapat dilihat pada konsentrasi 50 ppm, hewan uji mengalami 100% kematian. Nilai LC50 yang didapat dari perhitungan dengan Metode Hubert menghasilkan perhitungan bahwa pada konsentrasi toksik timbal 3,393 ppm dapat membunuh 50% populasi dari hewan uji. Nilai LC50 tersebut dapat diketahui dengan.

UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah senantiasa memberi kami kesehatan sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan laporan ini. Kedua orang tua yang senantiasa memberi doa dan dukungan. Dosen Mata Kuliah Ekotoksikologi Perairan, asisten laboratorium serta rekan-rekan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA
Tahir. 2012. Dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/50204/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 8 November 2015
Arsyad dan Hadirini cit. Sudarmadi. 1993. Dalam  https://www.coursehero.com/file/p3ur2a2/Mas-hidup-di-tempat-tempat-yang-dangkal-dengan-arus-air-yang-tidak-deras-baik/. Diakses tanggal 8 November 2015
Priyanto. 2009. Dalam  http://www. academia.edu/9838301/Derajat_Toksisitas_Letal_Akut_Leachate_Terhadap_Ikan_Mas_Cyprinus_carpio_Studi_Kasus_di_TPA_Jatibarang_Semarang. Diakses tanggal 8 November 2015
Bunda Halang. 2004. Dalam  https://ml.scribd.com/doc/229776161/Afri-Utami-8-Binder3. Diakses tanggal 8 November 2015
Effendi, Hefni, dkk.Toksisitas Akut (Lc0) Serbuk Bor (Cuttings) Terhadap Daphnia sp. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (Pplh), IPB. Diakses tanggal 8 November 2015
Damayanty, Mega dan Abdulgani, Nurlita.2013. Pengaruh Paparan Sub Lethal Insektisida Diazinon 600 EC terhadap Laju Konsumsi Oksigen dan Laju Pertumbuhan Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). Jurnal sains dan seni pomits vol. 2, no.2, (2013) 2337-3520 (2301-928x print). Diakses tanggal 8 November 2015
Kusriani, Widjanarko, Rohmawati. 2012. Uji Pengaruh Sublethal Pestisida Diazinon 60 EC terhadap Rasio Konversi Pakan (FCR) dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Penelitian           Perikanan 1(1) (2012) 36-42. Diakses tanggal 8 November 2015
Rumampuk, Natalie.dkk. 2014. Median Letha lConcentration  (Lc-50) Insektisida Dikloro metan  Pada Nener Bandeng (Chanos-chanos Forks. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/article/download/167/131. Diakses tanggal 8 November 2015




LAMPIRAN 1.  Tabulasi Data Analisi Probit LC50-48 jam
Jenis Hewan Uji          : Benih Ikan Mas
Jenis Bahan Toksik     : Pestisida (Organofosfat)
d
Konsentrasi Uji
N
Jumlah Hewan Uji
r
Mortalitas Hewan Uji
P
% Mortalitas

X
Log Konsentrasi
Y
Nilai Probit % Mortalitas
XY
2.5
10
10
100
0.39794
8.09
3.219335
5.5
10
10
100
0.740363
8.09
5.989534
7.5
10
10
100
0.875061
8.09
7.079246
Jumlah
2.013364
24.27
16.28811

                                                  a = 1/ n (∑Y – b ∑ X)
                                                           
                           a = 0.275294036

LC50-48 jam = anti log m, dimana : 

          m=0.442093524          ; anti log m = -0.816233827



Lampiran 2.
f
f


Lampiran 3. Data Seluruh Kelas Mortalitas Ikan Mas dengan bahan toksik

Tabel . Rekapitulasi Data LC50-24 Jam
Kelompok
Bahan Toksik
Konsentrasi
Organisme yang Mati
I
II
III
1
Organofosfat
Kontrol
0
0
6
2
2.5 ppm
8
10
10
3
5.5 ppm
9
10
10
4
7.5 ppm
10
10
10
5
karbamat
Kontrol
-
1
0
6
0.025 ppm
-
7
9
7
0.05 ppm
-
10
10
8
0.075 ppm
-
5
6
9
Pyretroid
Kontrol
2
0
0
10
0.25 ppm
10
10
10
11
0.5 ppm
10
9
10
12
0.75 ppm
10
6
8
13
Organofosfat +Karbamat
Kontrol
0
0
0
14
5 ppm
10
1
10
15
10 ppm
10
10
9
16
15 ppm
10
10
10
17
Organofosfat + Karbamat
Kontrol
0
0
8
18
0.25 ppm
10
10
10
19
1.5 ppm
10
8
10
20
3 ppm
10
3
10

Keterangan :
I = Perlakuan Kelas A
II = Perlakuan Kelas B
III = Perlakuan Kelas Kelautan

Jumlah organisme uji keseluruhan adalah 30 ekor untuk semua bahan toksik, kecuali untuk kelompok yang menggunakan bahan toksik karbamat jumlah organisme uji adalah 20 ekor (karena konsentrasi karbamat yang digunakan adalah seperseratus dari konsentrasi awal yang telah ditentukan). Sehingga data kelas perikanan A yang menggunakan bahan toksik karbamat tidak perlu dimasukkan karena perikanan A menggunakan konsentrasi bahan toksik karbamat sebesar sepersepuluh dari konsentrasi awal.




Lampiran 4. Prosedur Kerja

Skema pengenceranSkema Pengenceran
















Lampiran 4. Dokumentasi Kelompok
                    
Gambar 1. Memasukkan ikan serta bahan toksik pada media akuarium

   


Gambar 2. Pengambilan bahan toksik menggunakan mikropipet





Gambar 3. Kondisi ikan hari pertama
 

Gambar 4. Kematian ikan uji
 
                                         


  • Share:

You Might Also Like

0 comments