UJI TOKSISITAS
AKUT LC50 PESTISIDA JENIS ORGANOFOSFAT TERHADAP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L)
Adil Nurdiman, Diana Fitriani Surtika, Adi Supriyatno
Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Jalan
Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Jawa Barat 45363
Email
: dianafitriani8@gmail.com
ABSTRAK
Praktikum
ini dilaksanakan dengan tujuan agar memahami dan mampu melaksanakan persiapan,
pemaparan, dan pengamatan Uji Toksisitas Akut. Uji Toksisitas Akut merupakan
bagian dari Uji Toksisitas Kuantitatif yang dilakukan dalam jangka waktu yang
singkat sebagai akibat dari pemaparan jangka pendek terhadap suatu bahan
toksik. Efek akut dapat terjadi dalam selang waktu beberapa jam, hari atau minggu.
Parameter yang dapat diamati dari Uji Toksisitas Akut pada umumnya adalah
Kematian (Mortality). Kegiatan
praktikum ini dilakukan untuk mengetahui nilai LC50 yang menjadi penentu dalam
menentukan konsentrasi utuk mematikan 50% populasi. Metode yang digunakan pada Uji
Toksisitas Akut ikan Mas (Cyprinus carpio) analisis data yang digunakan
untuk menentukan LC50 48 jam adalah analisis Probit. Hasil
yang didapat adalah semakin tinggi konsentrasi toksik maka tingkat mortalitas
semakin tinggi. Hasil LC50 untuk hewan uji ikan mas adalah 3,393 ppm. Pada
analisis data, pengolahan yang digunakan adalah dengan perhitungan secara
manual dan menggunakan sofware EPA PROBIT.
Kata Kunci:
Ikan Mas, LC50, Mortalitas, Organofosfat.
ABSTRACT
This practicum conducted in order to understand and
able to carry out the preparation, presentation, and observations Acute
Toxicity Test. Acute Toxicity Test Toxicity test is part of the Quantitative
done in a short period as a result of short-term exposure to a toxic substance.
Acute effects can occur within a period of hours, days or weeks. Parameters
that can be observed from Acute Toxicity Test in general is Death (Mortality).
This practical activities conducted to determine the LC50 value being decisive
in determining the concentration of weeks to turn off 50% of the population.
The method used in the Fish Acute Toxicity Test Mas (Cyprinus carpio) analysis
of the data used to determine the 48-hour LC50 is Probit analysis. The result
is a higher concentration of toxic then the higher mortality rate. Results of
the test animals LC50 for carp is 3.393 ppm. In the analysis of the data,
processing that is used is the manual calculation and use software EPA PROBIT.
Keywords: Goldfish, LC50, Mortality,
Organophosphate.
PENDAHULUAN
Ekotoksikologi
perairan adalah Ilmu yang mempelajari tentang masuknya, tersebarnya, kelakuan,
dan efek toksik bahan pencemar di dalam lingkungan perairan.
Toksisitas letal akut
adalah proses toksik
atau proses masuknya zat
toksik ke dalam
tubuh yang menimbulkan gangguan
mekanisme kerja dan target
organnya (Priyanto 2009).
Uji toksisitas akut
atau toksisitas letal akut
berarti juga uji yang
dirancang mengevaluasi toksisitas relatif suatu
bahan kimia terhadap
organisme perairan tertentu dan
jangka waktu tertentu, kriteria efek
yang biasa digunakan
dalam uji toksisitas letal
akut antara lain
kematian (pada ikan), ketiadaan
gerakan (immobility) dan keseimbangan,
dan pertumbuhan (Tahir, 2012).
Pencemaran lingkungan bisa
disebabkan oleh pestisida, pestisida merupakan subtansi yang digunakan untuk
membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata
pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana
pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu,
penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, siput,
tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Uji
toksisitas kuantitatif dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efek dari bahan
pencemar. Salah satu uji kuantitatif yang dilakukan adalah uji toksisitas akut.
Uji ini dapat memperkirakan nilai LC50. Sehingga dapat diketahui
seberapa besar konsentrasi bahan toksik yang bisa mangakibatkan hewan uji
didalamnya mati.
Penggunaan
pestisida sintetis di seluruh dunia selalu meningkat dan penggunaan pestisida
campuran juga sangat banyak ditemukan diareal pertanian. Berdasarkan toksisitas
dan golongan, pestisida organik sintetik dapat digolongkan menjadi:
1.
Golongan Organoklorin
Pestisida golongan
organoklorin merupakan pestisida yang sangat berbahaya sehingga pemakainnya
sudah banyak dilarang. Sifat pestisida ini yang volatilitas rendah, bahan
kimianya yang stabil, larut dalam lemak dan bitransformasi serta biodegradasi
lambat menyebabkan pestisida ini sangat efektif untuk membasmi hama, namun
sebaliknya juga sangat berbahaya bagi manusia maupun binatang oleh karena
persitensi pestisida ini sangat lama di dalam lingkungan dan adanya
biokonsentrasi dan biomagnifikasi dalam rantai makanan. Organoklorin atau
disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa kelompok yang
diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling popular dan pertama kali
disinthesis adalah “Dichloro-diphenyltrichloroethan” atau disebut DDT.
2.
Golongan Organofosfat
Golongan organofosfat
sering disebut dengan organic phosphates, phosphoris insecticides, phosphates,
phosphate insecticides dan phosphorus esters atau phosphoris acid esters.
Mereka adalah derivat dari phosphoric acid dan biasanya sangat toksik untuk
hewan bertulang belakang. Golongan organofosfat struktur kimia dan cara
kerjanya berhubungan erat dengan gas syaraf. efek toksik yang diakibatkan
ternyata hampir sama dengan DDT sehingga pemakaiannya mulai dilarang. Meskipun
dua jenis pestisida ini memiliki struktur yang berbeda di alam, namun efek
toksik yang diakibatkannya identik yang ditandai dengan adanya penghambatan
asetilkolinesterase (acethylcholinesterase = AChE), enzyme yang 15 bertanggung
jawab untuk inhibisi dan destruksi aktivitas biologic dari neurotransmitter
acethylcholine (ACh). Pada keracunan pestisida golongan ini akan terjadi
akumulasi ACh yang bebas dan tidak terikat pada ujung persarafan dari saraf
kolinergik, sehingga terjadi stimulasi aktivitas listrik yang kontinyu.
3.
Golongan Karbamat
Insektisida dari
golongan karbamat adalah racun saraf yang bekerja dengan cara menghambat
asetilkolinesterase (AChE). Jika pada golongan organofosfat hambatan tersebut
bersifat irreversible (tidak dapat dipulihkan), pada karbamat hambatan tersebut
bersifat reversible (dapat dipulihkan). Pestisida dari golongan karbamat
relatif mudah diurai di lingkungan (tidak persisten) dan tidak terakumulasi
oleh jaringan lemak hewan.
Pada
paraktikum ini bahan toksik yang digunakan oleh kelompok 3 merupakan organofisfat.
Organofosfat adalah nama umum ester dari asam fosfat. Organofosfat mempunyai
aksi sebagai inhibitor enzim kholinesterase. Kholinesterase adalah enzim yang
berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis menjadi asetat dan kholin.
Organofosfat mampu berikatan dengan sisi aktif dari enzim ini sehingga kerja
enzim ini terhambat. Akibatnya jumlah asetilkholin dalam sipnasis meningkat
sehingga menimbulkan stimulasi reseptor possinap yang persisten.
Sedangkan
hewan uji yang digunakan adalah ikan mas. Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) dapat
digunakan sebagai hewan uji hayati karena sangat peka terhadap perubahan
lingkungan (Brinley cit. Sudarmadi, 1993). Di Indonesia ikan yang termasuk
famili Cyprinidae ini termasuk ikan yang populer dan paling banyak dipelihara rakyat,
serta mempunyai nilai ekonomis. Ikan mas sangat peka terhadap faktor lingkungan
pada umur lebih kurang tiga bulan dengan ukuran 8 – 12 cm. Disamping itu ikan
mas di kolam biasa (Stagnan water) kecepatan tumbuh 3 cm setiap bulannya
(Arsyad dan Hadirini cit. Sudarmadi, 1993).
Tujuan
dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui konsentrasi bahan toksik
yang menyebabkan kematian organisme uji, mengetahui cara menghitung nilai LC50
dengan menggunakan perhitungan secara manual dan menggunakan analisis Probit
dan mengetahui tingkat bahaya suatu bahan toksik dan akibat dari bahan toksik
yang terkena suatu organisme.
DATA DAN PENDEKATAN
Paktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu hingga Kamis tanggal 4 November 2015 bertempat
di Laboratorium Manajemen Sumberdaya
Perairan Gedung Dekanat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Metode yang digunakan dalam penelitian kali
ini adalah metode uji toksisitas akut terhadap
benih ikan mas (Cyprinus carpio L.)
menggunakan LC50-48 jam.
Alat yang digunakan
pada praktikum ini adalah aquarium sebagai
tempat pemaparan hewan uji, mikropipet untuk mengambil bahan toksik dengan
akurat, saringan untuk pengambilan ikan mas, gelas ukur 5 mL untuk menakar bahan toksik, beaker
glass sebagai wadah cairan
stok dan organisme uji, pengaduk kaca untuk menghomogenkan cairan toksik pada
media aquarium, dan penunjuk waktu (hand counter)
untuk menghitung hewan uji, Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Organofosfat, Karbamat, Pyretroid sintetik, benih Ikan Mas, kertas
label, tissue laboratorium, dan sarung tangan.
Penyiapan benih ikan
Mas yang diawali dengan aklimatisasi selama 3 hari. Kemudian mengisi aquarium
dengan air sebanyak 3 liter dan memasukkan 10 ekor benih ikan Mas dengan
menggunakan saringan. Selanjutnya memasukkan bahan toksik uji Organofosfat dengan
konsentrasi 5,5 ppm yang telah ditentukan sebanyak 8,9 mL dengan menggunakan
mikropipet ke dalam gelas ukur, kemudian memindahkannya ke dalam aquarium.
Pengamatan selama 24 jam dengan selang pengamatan 15 menit, 30 menit, 1 jam, 2
jam, 4 jam, 8 jam, 16 jam dan 24 jam. Mortalitas diamati dengan cara menghitung
jumlah larva yang yang mati.
Analisis data yang
digunakan untuk menentukan nilai LC50-48 jam adalah analisis probit
yang mengacu pada Hubert (1979) yaitu, sebagai berikut: Hubungan nilai
logaritma konsentrasi bahan toksik uji dan nilai probit dari persentase
mortalitas hewan uji merupakan fungsi linear Y= a + bX. Nilai LC50-48
jam diperoleh dari anti log m, dimana m merupakan logaritma konsentrasi besi
pada Y = 5, yaitu nilai probit 50% hewan uji, jadi persamaan regesinya menjadi
:
Nilai a dan b
dapat diperoleh berdasarkan persamaan berikut :
b = Σ XY – (Σ X ΣY)
Σ X2 – (Σ X)2
a
= (ΣY – b Σ X)
Persamaan regresi Y = a + bx
Nilai LC50-48 jam
diperoleh sebagai berikut:
m
=
Keterangan :
Y : Nilai Probit Mortalitas
X : Logaritma konsentrasi bahan uji
n : banyaknya perlakuan
a : konstanta
b : slope/ kemiringan
m : nilai X pada Y = 5
LC50-48 jam : anti log m
Setelah
dihitung menggunakan metode Hubert maka data divalidasi dengan program komputer
bernama EPA PROBIT VER. 1.5.
HASIL DAN
DISKUSI
Toksisitas adalah sifat relatif
toksikan berkaitan dengan potensinya mengakibatkan efek negatif bagi makhluk
hidup. Toksisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi dan
jenis toksikan, konsentrasi toksikan, durasi dan frekuensi pemaparan, sifat
lingkungan, dan spesies biota penerima.
Toksikan merupakan zat (berdiri
sendiri atau dalam campuran zat, limbah, dan sebagainya) yang dapat
menghasilkan efek negatif bagi semua atau sebagian. Dari tingkat organisasi
biologis (populasi, individu, organ, jaringan, sel, biomolekul) dalam bentuk
merusak struktur maupun fungsi biologis.
Toksikan dapat menimbulkan efek
negatif bagi biota dalam bentuk perubahan struktur maupun fungsional, baik
secara akut maupun kronis/sub kronis. Efek tersebut dapat bersifat reversibel
sehingga dapat pulih kembali dan dapat pula bersifat irreversibel yang tidak
mungkin untuk pulih kembali. (Bunda Halang, 2004).
Dalam praktikum ini hewan uji yang
digunakan adalah larva ikan mas, hal tersebut dikarenakan ikan mas merupakan
hewan uji yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan (Brinley cit.
Sudarmadi, 1993). Sedangkan bahan toksis
yang digunakan adalah organofosfat.
Berikut merupakan data hasil pengamatan
mortalitas larva ikan mas terhadap 5,
5 ppm organofosfat :
Tabel 1. Data Pengamatan Mortalitas
Hewan Uji Kelompok 3
Waktu Dedah
|
Larva ikan mas
|
Keterangan
|
15 menit
|
10
|
Ikan masih dalam keadaan normal
|
30 menit
|
10
|
Ikan masih dalam keadaan normal
|
1 jam
|
10
|
Ikan sudah mulai hilang kendali
|
2 jam
|
8
|
2 ikan mati, 8 ikan lainnya dalam keadaan tidak
normal dan pergerakannya sudah cenderung pasif
|
4 jam
|
6
|
4 ikan mati, sedangkan 6 ikan lainnya masih hidup
dalam kondisi lemah
|
8 jam
|
0
|
Semua ikan mati
|
16 jam
|
-
|
-
|
24 jam
|
-
|
-
|
48 jam
|
-
|
-
|
Dari data diatas dapat
diketahui bahwa untuk rentan waktu 15 menit sampai dengan 1 jam ikan masihdapat
bertahan dalam air yang telah dicemari oleh oragnofosfat. Namun dalam rentan
waktu 4 jam, hewan uji sudah mulai lemah dana terjadi penurunan aktifitas gerak
dan 4 jam pertama ini ikan mas mengalami kematian sebanyak 4 ekor. Hal tersbut
menandakan bahwa dalam 4 jam pertama bahan toksik diorganofosfat sudah bereaksi
terhadap ikan mas sebagai hewan uji. Selanjutnya hewan uji mati pada jam ke 8
sebanyak 6 ekor. Hingga pada jam ke 8 hewan uji benar benar mati semua.
Pada pelaksanaan
praktikum kelas kelautan perlakuan dengan periran normal pun mengalami kematian
hewan uji. Dalam pengujian dengan perairan nolmal (kontrol) pun dapat mati
karena banyak faktor. Diantaranya kondisi lingkungan, pengaruh pakan, dan lain
lain. Sedangkan untuk kelompok 3 sendiri Organofosfat dengan konsentrasi 5, 5 ppm
menyebabkan kematian terhadap seluruh hewan uji selama 16 jam. Semua jenis
pestisda umumnya bersifat toksik untuk makhluk hidup baik dalam jumlah yang cukup
dan dalam waktu yang lama. Bahan toksik tersebut akan tersimpan dan merusak tubuh secara permanen dalam jaringan
tubuh sampel uji. (Inswiasri (WHO), 1976).
Insektisida
organofosfat adalah ester asam fosfat atau asam tiofosfat yang sifatnya
menghambat asetilkolinesterase (AChE) sehingga terjadi akumulasi acetilkolin
(Ach) yang berkorelasi dengan tingkat penghambat cholinesterase dalam
darah.Organofosfat masuk kedalam tubuh melalui kulit, mulut dan saluran
pernafasan. Didalam air organofosfat memiliki sifat mudah larut dan bersifat
tidak persisten selain itu organofosfat terikat dengan enzim dalam darah yang
berfungsi mengatur kerja syaraf, yaitu cholinesterase. Apabila kolinesterase
terikat, maka enzim ini tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam tubuh terutama
meneruskan pengiriman perintah kepada otot-otot tertentu sehingga otot-otot
bergerak tanpa dapat dikendalikan dan menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan sehingga akan terjadi kematian. Kematian dapat terjadi dalam waktu
beberapa menit sampai beberapa hari tergantung dari konsentrasi organofosfat
itu sendiri.
Toksisitas pada benih
ikan Mas yang
diberi perlakuan pestisida dalam akuarium ternyata mengalami mortalitas yng cukup tinggi pada pemaparan 2
jam. Hal ini disebabkan karena insang merupakan organ respirasi yang paling
awal terkena zat pencemar yaitu Orgaofosfat, ini terjadi pada fase respirasi.
Pada waktu air mengalir melalui insang, menyebabkan filamen insang merentang,
sehingga lamella sekunder saling bersentuhan yang menyebabkan air dan
Organofosfat langsung bersentuhan dengan lamella, masuk ke dalam kapiler darah,
sehingga merusak jaringan yang
dilaluinya.
Zat pencemar yaitu paparan
Organofosfat yang masuk kedalam jaringan setelah itu akan diabsorbsi melalui
sirkulasi darah dan akhirnya berhenti di dalam sel. Zat pencemar mempengaruhi
metabolisme sel dengan cara menyerang sistem enzimatik sel. Akibatnya yang
ditimbulkan adalah kerusakan sistem syaraf pernapasan pada insang. Biota air membutuhkan oksigen guna pembakaran
bahan bakarnya (makanan) untuk melakukan aktifitas, seperti berenang, pertumbuhan,
reproduksi dan sebagainya. Oleh karena itu, kekurangan oksigen dalam tubuh ikan
dapat mengganggu kehidupan ikan, termasuk kepesatan dalam pertumbuhannya
Tabel
2. Data Persentase Mortalitas Benih Ikan Mas
Pemaparan 24 Jam
Ulangan
|
Konsentrasi
Organofosfat
|
|||
Kontrol
|
2.5 ppm
|
5.5 ppm
|
7.5 ppm
|
|
1
|
0
|
80
|
90
|
100
|
2
|
0
|
100
|
100
|
100
|
3
|
60
|
100
|
100
|
100
|
Rerata
|
20
|
93.3
|
96.7
|
100
|
Dari
data pengamatan tersebut didapat bahwa rata-rata persentase mortalitas benih
ikan Mas setelah pemaparan 24 jam adalah kontrol 20%, konsentrasi 2.5 ppm
93.9%, konsentrasi 5.5 ppm 96.7%, dan konsentrasi 7.5 ppm 96.7%. Dilihat dari
data persentase mortalitas ikan Mas, konsentrasi 7.5 ppm memiliki persentase
kematian yang besar. Hal ini disebabkan karena konsentrasi yang tinggi
menyebabkan ikan Mas tidak tahan terhadap paparan konsentrasi Organofosfat
terlalu besar. Seharusnya perlakuan kontrol pada pengulangan ke 3 memiliki
persentase mortalitas yang rendah atau tidak mati karena tidak diberi
Organofosfat. Hal ini bisa terjadi karena ada kesalahan praktikan dalam
perlakuan terhadap hewan uji kontrol yang tidak baik dan tidak hati-hati dalam
proses pengambilan sampel organisme uji, kondisi air yang kurang baik sehingga
menyebabkan benih ikan Mas tersebut mengalami stress. Efek dari pencemaran yang
berasal dari bahan pencemar, yaitu bisa berakibat kerusakan organ-organ pada
makhluk hidup atau bahkan bahkan kematian. Adapun efek yang diakibatkan
pencemar ini bersifat acute ini adalah gangguan timbul oleh pencemar dalam
waktu yang relatif singkat, bila dosis/ konsentrasi cukup besar dan bersifat
kronis yaitu gangguan timbul dalam waktu yang cukup lama, bila dosis/
konsentrasi relatif rendah.
Cara untuk mengetahui
sejauh mana efek dari bahan pencemar, maka perlu diadakannya uji toksisitas
kuantitatif, yang pertama kali dilakukan adalah uji toksisitas akut karena uji
ini dapat memperkirakan nilai LC50. Dimana LC50 merupakan nilai dari kemampuan
bahan toksik dalam membunuh 50% atau lebih populasi hewan uji dalam selang
waktu 8 jam. Sehingga diketahui besar
konsentrasi zat toksik yang bisa mangakibatkan makhluk hidup yang ada
didalamnya mati total. Nilai LC50 didapat setelah pengolahan data dengan
analisis probit yang dilakukan secara manual dengan memasukan data ke dalam
rumus dan dengan menggunakan software EPA PROBIT.
Tabel
3. Konsentrasi efektif toksikan yang mampu mematikan 50%
biota dalam waktu tertentu (nilai LC50).
Dari
tabel ditas dapat diketahui dari hasil uji pengamatan LC50 -48 jam terhadap larva ikan mas
adalah dengan konsentrasi
0.393 ppm. Hal ini mengindikasikan bahwa
sifat toksik Organofosfat termasuk dalam kategori sangat toksik.
SIMPULAN
Pada bahan organofosfat
memiliki pengaruh pada tingkat mortalitas hewan uji ikan mas. Semakin tinggi
konsentrasinya maka semakin tinggi persentase mortalitas. Dapat dilihat pada
konsentrasi 50 ppm, hewan uji mengalami 100% kematian. Nilai LC50
yang didapat dari perhitungan dengan Metode Hubert menghasilkan perhitungan
bahwa pada konsentrasi toksik timbal 3,393 ppm dapat membunuh 50% populasi dari
hewan uji. Nilai LC50 tersebut dapat diketahui dengan.
UCAPAN
TERIMA KASIH
Terima
kasih kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah senantiasa memberi kami
kesehatan sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan laporan ini.
Kedua orang tua yang senantiasa memberi doa dan dukungan. Dosen Mata Kuliah
Ekotoksikologi Perairan, asisten laboratorium serta rekan-rekan sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan jurnal ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Tahir. 2012. Dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/50204/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses tanggal 8 November 2015
Arsyad dan Hadirini cit. Sudarmadi.
1993. Dalam https://www.coursehero.com/file/p3ur2a2/Mas-hidup-di-tempat-tempat-yang-dangkal-dengan-arus-air-yang-tidak-deras-baik/.
Diakses tanggal 8 November 2015
Priyanto. 2009. Dalam http://www. academia.edu/9838301/Derajat_Toksisitas_Letal_Akut_Leachate_Terhadap_Ikan_Mas_Cyprinus_carpio_Studi_Kasus_di_TPA_Jatibarang_Semarang.
Diakses tanggal 8 November 2015
Bunda Halang. 2004. Dalam https://ml.scribd.com/doc/229776161/Afri-Utami-8-Binder3.
Diakses tanggal 8 November 2015
Brinley cit. Sudarmadi. 1993. Dalam http://faisolhezim-fst12.web.unair.ac.id/artikel_detail-109409-Biomonitoring-Bioindikator%20Kualitas%20Perairan%20Sungai%20%20%20.html.
Diakses tanggal 8 November 2015
Inswiasri (WHO), 1976). http://www.undana.ac.id/jsmallfib_top/JURNAL/TEKNIK%20PERTAMBANGAN/TEKNIK%20PERTAMBANGAN%202013/KANDUNGAN%20MERKURI%20(Hg)%20PADA%20TUMBUHAN%20DI%20KAWASAN.pdf.
Diakses tanggal 8 November 2015
Effendi, Hefni, dkk.Toksisitas Akut (Lc0) Serbuk Bor (Cuttings) Terhadap Daphnia sp.
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (Pplh), IPB. Diakses tanggal 8 November 2015
Damayanty, Mega dan Abdulgani,
Nurlita.2013. Pengaruh Paparan Sub Lethal
Insektisida Diazinon 600 EC terhadap Laju Konsumsi Oksigen dan Laju Pertumbuhan
Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). Jurnal sains dan seni pomits vol. 2,
no.2, (2013) 2337-3520 (2301-928x print). Diakses tanggal 8 November 2015
Kusriani, Widjanarko, Rohmawati. 2012. Uji Pengaruh Sublethal Pestisida Diazinon 60 EC terhadap Rasio Konversi Pakan
(FCR) dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Penelitian Perikanan 1(1) (2012) 36-42. Diakses tanggal 8 November 2015
Rumampuk, Natalie.dkk. 2014. Median Letha lConcentration (Lc-50) Insektisida
Dikloro metan Pada Nener Bandeng (Chanos-chanos Forks. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JPKT/article/download/167/131.
Diakses tanggal 8 November 2015
LAMPIRAN
1. Tabulasi Data Analisi Probit LC50-48
jam
Jenis Hewan
Uji : Benih Ikan Mas
Jenis Bahan
Toksik : Pestisida (Organofosfat)
d
Konsentrasi Uji
|
N
Jumlah Hewan Uji
|
r
Mortalitas Hewan Uji
|
P
% Mortalitas
|
X
Log Konsentrasi
|
Y
Nilai Probit % Mortalitas
|
XY
|
2.5
|
10
|
10
|
100
|
0.39794
|
8.09
|
3.219335
|
5.5
|
10
|
10
|
100
|
0.740363
|
8.09
|
5.989534
|
7.5
|
10
|
10
|
100
|
0.875061
|
8.09
|
7.079246
|
Jumlah
|
2.013364
|
24.27
|
16.28811
|
a = 1/ n (∑Y
– b ∑ X)
a = 0.275294036
LC50-48 jam = anti log m, dimana :
m=0.442093524 ; anti log m = -0.816233827
Lampiran
2.
Lampiran
3. Data Seluruh
Kelas Mortalitas Ikan Mas dengan bahan toksik
Tabel
. Rekapitulasi Data LC50-24 Jam
Kelompok
|
Bahan Toksik
|
Konsentrasi
|
Organisme yang Mati
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1
|
Organofosfat
|
Kontrol
|
0
|
0
|
6
|
2
|
2.5 ppm
|
8
|
10
|
10
|
|
3
|
5.5 ppm
|
9
|
10
|
10
|
|
4
|
7.5 ppm
|
10
|
10
|
10
|
|
5
|
karbamat
|
Kontrol
|
-
|
1
|
0
|
6
|
0.025 ppm
|
-
|
7
|
9
|
|
7
|
0.05 ppm
|
-
|
10
|
10
|
|
8
|
0.075 ppm
|
-
|
5
|
6
|
|
9
|
Pyretroid
|
Kontrol
|
2
|
0
|
0
|
10
|
0.25 ppm
|
10
|
10
|
10
|
|
11
|
0.5 ppm
|
10
|
9
|
10
|
|
12
|
0.75 ppm
|
10
|
6
|
8
|
|
13
|
Organofosfat +Karbamat
|
Kontrol
|
0
|
0
|
0
|
14
|
5 ppm
|
10
|
1
|
10
|
|
15
|
10 ppm
|
10
|
10
|
9
|
|
16
|
15 ppm
|
10
|
10
|
10
|
|
17
|
Organofosfat + Karbamat
|
Kontrol
|
0
|
0
|
8
|
18
|
0.25 ppm
|
10
|
10
|
10
|
|
19
|
1.5 ppm
|
10
|
8
|
10
|
|
20
|
3 ppm
|
10
|
3
|
10
|
Keterangan :
I = Perlakuan Kelas A
II = Perlakuan Kelas B
III = Perlakuan Kelas Kelautan
Jumlah organisme uji keseluruhan adalah
30 ekor untuk semua bahan toksik, kecuali untuk kelompok yang menggunakan bahan
toksik karbamat jumlah organisme uji adalah 20 ekor (karena konsentrasi
karbamat yang digunakan adalah seperseratus dari konsentrasi awal yang telah
ditentukan). Sehingga data kelas perikanan A yang menggunakan bahan toksik
karbamat tidak perlu dimasukkan karena perikanan A menggunakan konsentrasi
bahan toksik karbamat sebesar sepersepuluh dari konsentrasi awal.
Lampiran
4. Prosedur Kerja
Skema Pengenceran
Lampiran
4. Dokumentasi Kelompok
Gambar 1. Memasukkan ikan serta bahan toksik pada media
akuarium
Gambar 2. Pengambilan bahan toksik menggunakan mikropipet
|
|